Marketer adalah sebuah profesi yang tidak semua orang menyukainya.
Mengapa demikian?
Karena profesi sebagai Marketer adalah profesi yang harus dilakukan oleh pribadi-pribadi yang selalu antusias, positive thinking, berkeyakinan tinggi, memiliki tujuan (goal) yang jelas sesuai target, sikap kita dalam melihat sesuatu, motivasi tinggi, focus terhadap solusi dalam menyelesaikan masalah, dan tentu saja selain integritas juga didukung oleh consistensi sebagai seorang marketer.
Kodrat manusia sejak lahir adalah menonjolkan ego dan tidak peduli dengan orang sekitarnya karena selalu mementingkan diri sendiri. Bagaimana dirinya merasa aman setelah itu baru memikirkan orang lain. Sedangkan seorang marketer justru berpikir sebaliknya, dimana ia harus berusaha memikirkan apa yang diinginkan oleh orang lain dan ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikannya.
Apakah manusia hanya sedikit yang berbakat sebagai marketer?
Tentu saja semua manusia memiliki jiwa marketer.
Hal ini dapat digambarkan bahwa sejak kita dilahirkan maka kita akan berusaha untuk membuat senang kedua orang tua kita dengan senyuman maupun tertawa bahagia. Orang tua akan bangga jika buah hatinya dapat tertawa. Kemudian agak besar berusaha untuk meminta kepada kedua orang tua, kepada kakak, saudara dan lain-lain agar mengambilkan sesuatu atau berbuat sesuatu. Disaat sekolah kita minta bantuan dalam hal kesulitan mengerjakan PR. Atau minta diajarkan suatu permainan kepada salah satu kawan kita.
Dalam arti kata, jiwa marketer dalam diri kita adalah menawarkan segala sesuatu yang ada dalam diri kita kepada orang lain. Pada saat kita minta tolong kepada orang tua kita untuk membuatkan susu, apabila kita lakukan dengan membentak keras sudah dapat dipastikan telinga kita akan dijewer. Kita bekerja keras belajar agar studi kita di sekolah dapat membanggakan orang tua kita merupakan salah satu bentuk marketer, yaitu memberikan kepuasan pelanggan apabila kita anggap bahwa orang tua kita adalah pelanggan.
Dengan potensi yang sedemikian besar, mengapa hanya beberapa yang menyukai profesi marketer.
Karena selain faktor ego.
Profesi marketer selalu berinovasi dan bukan tujuan akhir. Marketer adalah sebuah perjalanan panjang yang tanpa henti. Sehingga membuat orang akan merasa capek dengan berbuat seperti itu. Di profesi lain, akan merasa berhasil apabila telah selesai membuat suatu report tertentu, atau telah mendapatkan profit tertentu. Sedangkan marketer harus selalu aktif melakukan move, apabila ada celah segera dimasuki, ada peluang segera di ambil, apabila ada profit akan segera menciptakan profit-profit berikutnya. Hal ini yang membuat orang lain merasa ogah dengan profesi sebagai marketer.
Yang paling krusial adalah faktor pelecehan
Tidak jarang seorang marketer dilecehkan atau dipandang sebelah mata oleh orang yang berada disekitarnya. Bahkan ada yang melihat bahwa pekerjaan sebagai marketer adalah pekerjaan yang hina, tidak berharga, tidak bergengsi hingga kurang aksi dan nggak berarti.
Hal ini tentu saja ada benarnya
Akan tetapi perlu disadari bahwa marketer itu bertugas untuk meyakinkan orang lain terhadap apa yang ditawarkannya. Metode atau cara dalam menawarkan produk atau jasa tersebut kadangkala dapat menimbulkan simpati atau pelecehan. Pelecehan disini sebenarnya bukan bermaksud melecehkan profesi marketer apalagi institusinya, akan tetapi lebih condong kepada personalnya. Ulah personal tadi pada gilirannya berdampak pada institusi hingga ke profesi.
Sebagai contoh Perusahaan Asuransi ABC bermaksud memperkenalkan produk baru kepada masyarakat dan unit usaha yang membutuhkannya. Marketer 1 dari Asuransi ABC tadi memiliki relasi dengan manajemen perusahaan DEF yang dituju, sehingga dapat melakukan presentasi dengan mudah. Sedangkan Marketer 2 berupaya menembus perusahaan GHU dan selalu diberikan janji-janji yang tertunda-tunda. Ternyata manajemen perusahaan GHU merasa tersinggung dengan gaya dan kepribadian Marketer 2, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk bertemu di waktu yang akan datang.
Dalam contoh kasus diatas, sebenarnya bukan profesi marketer atau perusahaan Asuransi-nya yang mendapatkan pelecehan dari konsumen, melainkan personalnya. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam menjalankan profesi marketer, yaitu dengan membekali diri dengan berbagai ilmu kepribadian, ilmu pelayanan dan tentu saja etika.
(Bersambung)
Rabu, 24 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk bahan diskusi dan memperdalam materi, silahkan berkomentar apapun juga sehubungan dengan artikel diatas, demi kebaikan bidang Marketing